Industri Baja Indonesia Masih Bisa Penuhi Pasar Lokal

Bahwa utilisasi baja nasional tergerus akibat derasnya impor baja dari China

667

INAnews.co.id , Jakarta – Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas pada hari selasa 10 Desember 2019 di kantornya menyoroti ketersediaan baja untuk sebagai material infrastruktur di dalam negeri.

Dari kebutuhan 9 juta ton baja, yang terpenuhi hanya 60% dari industri lokal. Industri baja adalah mother of industry atau ibu dari segala industri.

Utilisasi atau pemanfaatan kapasitas terpasang untuk produksi baja nasional masih sangat rendah, yakni hanya 43%.

Hal ini menginformasikan bahwa kondisi industri baja dalam negeri sedang mengalami tekanan.

Untuk masalah infrastruktur, menurut Ketua Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, Silmy Karim mengatakan yang diperlukan saat ini adalah peningkatan utilisasi baja dalam negeri.

“Kalau ini bisa ditingkatkan maka akan baik,” kata Silmy Karim kepada beberapa media.

Sementara itu menurut pendapat Dr. Siek seorang pengamat ekonomi politik jebolan UI, mengatakan bahwa utilisasi baja nasional tergerus akibat derasnya impor baja dari China.

Persoalan ini dihubungkan dengan Permendag Nomor 110 tahun 2018 tentang ketentuan impor besi baja dan baja panduan dan produk turunannya, yang sebelumnya diatur pada Permendag Nomor 22 tahun 2018.

“Ada penghapusan pertimbangan teknis sebelum impor baja. Karena itu, impor baja semakin mudah dan tidak ada sistem kontrol izin impor,” ujar Siek.

Masih menurut  Siek YB. Tirtosoeseno menyampaikan bahwa kapasitas produksi baja nasional menyanggupi kebutuhan material baja untuk infrastruktur seharusnya tidak ada masalah bagi industri baja lokal.

“Karena itu keran impor baja harus ditutup. Selama ini, baja impor yang masuk ke pasar antara lain jenis HRC, CRC, WR Carbon, Bar Carbon, Bar Alloy, Section Carbon, Carbon Steel, Alloy Steel dan lainnya,” ungkap Sie.

Sedangkan menurut Erick, seorang sarjana manajemen industri mengatakan bahwa saat ini impor hanya memungkinkan untuk baja jenis CRC.

“Baja jenis HRC dan plat sudah over supply di pasar dalam negeri,” ujar Erick.

Erick Alexander, yang juga marketing manager PT. Topsco Baja Utama, dan berkantor dan gudang produksi pemotongan plat baja , mengakui bahwa perusahaannya juga cukup kewalahan melayani permintaan konsumen akan kebutuhan plat baja untuk kebutuhan pasar lokal.

“Jadi saya harus bekerja selama hampir 20 jam sehari sehingga tidak sempat pulang balik ke Jakarta, akibat banyaknya permintaan,” ungkap Erick.

Dijelaskan oleh Erick, kendala satu-satunya adalah keterbatassan ruang gudang dan produksi yang menjadi satu lokasi menyulitkan dirinya.

Hal yang sama disampaikan oleh Mr. Kim, seorang pebisnis yang fasih berbahasa indonesia mengatakan bahwa bisnis plat besi baja sangat menjanjikan.

Dikatakannya jika dirinya mendirikan perusahaan saat ini memiliki visi khusus untuk meningkatkan pembangunan dengan penggunaan plat besi baja di Indonesia.

“Dan misinya adalah menguasai pasar plat baja besi di Indonesia, khusus wilayah Jakarta dan Jawa Barat,” tutup Kim.

Komentar Anda

Your email address will not be published.