JAKARTA, INAnews – Sore ini (Jumat, 28/4/2023), rombongan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar tampak di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Kedatangan Gus Muhaimin dan pengurus PKB lainnya menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda bertujuan untukĀ bersilaturahmi, selain itu membahas perkembangan politik terkini.
Beberapa hari sebelumnya diketahui Prabowo juga mendapat kunjungan dari Airlangga Hartarto yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Kedua pertemuan ini tentu memunculkan spekulasi opini publik tentang siapa yang akan menjadi pasangan Prabowo Subianto untuk berlaga di Pilpres 2024 nanti. Muhaimin Iskandar atau Airlangga Hartarto?
Pengamat Komunikasi Politik Umar Halim Hutagalung menyampaikan bahwa antara Gus Muhaimin dan Airlangga memiliki potensi yang sama untuk mendampingi Prabowo Subianto.
“Keduanya memiliki potensi untuk berduet dengan Prabowo dan memenangkan pertarungan di 2024, meskipun kontribusi modal yang dimiliki keduanya berbeda,” kata Pengamat Komunikasi Politik Umar Halim Hutagalung yang juga merupakan dosen Universitas Pancasila ini.
Persamaan keduanya, menurut Umar, adalah modal simbolik atau legitimasi kandidasi Prabowo sebagai Capres 2024. Golkar memiliki 85 kursi DPR RI dan PKB memiliki 58 kursi, sementara Gerinda memiliki 78 kursi. Baik Golkar maupun PKB jika bergabung dengan Gerinda maka sudah memenuhi persyaratan minimal 20% jumlah kursi di DPR.
Selain modal simbolik, Airlangga juga memiliki modal sosial dengan basis massa Golkar yang solid, terutama di luar Jawa. Posisi ini dibuktikan dari 269 kursi DPR yang diperebutkan di luar Jawa Golkar di tahun 2019 berhasil mendapatkan 16.35% (44 kursi).
“Airlangga dan Golkar juga memiliki modal ekonomi yang kuat, cocok untuk mendukung pendanaan politik kandidasi yang tidak membutuhkan dana sedikit,” ucap Umar yang juga merupakan Direktur Eksekutif Network Society Indonesia.
Ditanya tentang potensi Gus Muhaimin, Umar menuturkan, “Gus Muhaimin itu akan berkontribusi besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.”
Berdasarkan data pemilu 2019, Prabowo di Jawa Tengah kalah selisih 11.881.104 suara dan di Jawa Timur sebesar 7.790.421 suara. Jika dikalkulasikan di dua provinsi ini Prabowo kalah hampir 20 juta suara.
“Suara PKB mayoritas datang dari kalangan Islam tradisional dan konstituen PKB cukup besar didua provinsi ini, sementara di kedua sektor ini Prabowo minim dukungan,” lanjut Umar.
“Kalau kelemahan Prabowo dalam dua Pemilihan Presiden ada diceruk masyarakat Islam tradisional, ya posisi Gus Muhaimin tepat sebagai Cawapres,” tutup Umar.
Penulis:
Pengamat Komunikasi Politik – Dosen Universitas Pancasila – Direktur Eksekutif Network Society Indonesia: Umar Halim Hutagalung