Menu

Mode Gelap
Krisis Politik dan Kerusuhan Berdarah di Nepal Delegasi Indonesia dalam Global Sumud Flotilla Disambut Dubes Tunisia Blunder Komunikasi Menteri Keuangan Purbaya Picu Keraguan Publik Rehabilitasi Tapol dan Napol Era Jokowi PHK di PT Gudang Garam Terkonfirmasi Pimpinan Buruh Ini Dukung Pembentukan TGPF Bongkar Dalang Kerusuhan

INDAG

Genjot Kapasitas Produksi Urea Pupuk Kaltim Akan Bangun Pabrik di Fak Fak

badge-check


					Genjot Kapasitas Produksi Urea Pupuk Kaltim Akan Bangun Pabrik di Fak Fak Perbesar

INAnews.co.id, Jakarta – PT Pupuk Kaltim (Persero) (PKT) akan menggenjot produksi dengan menjalankan penugasan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Fakfak, Papua Barat.

PSN tersebut untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Selain itu juga sebagai peluang positif di tengah situasi ekonomi global yang bergejolak.

Menurut International Fertilizer Association (IFA), pangsa pasar pupuk global diperkirakan mengalami kenaikan pada 2023.

Pupuk berbasis nitrogen diperkirakan akan tumbuh 2,2 persen, 4,4 persen untuk pupuk berbasis fosfat, dan 4,2 persen untuk pupuk berbasis potash.

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang mendisrupsi pasar pupuk global pada saat yang bersamaan
menciptakan peluang tambahan bagi PKT untuk berekspansi ke pasar global. Imbas perang Rusia-Ukraina terhadap pasar ammonia dan pupuk berbasis gas alam masih akan
terus berlanjut di tahun ini.

Tren permintaan pupuk berbasis nitrogen paling besar dari wilayah
Amerika Latin, Asia Selatan, dan Afrika, sedangkan permintaan pupuk basis fosfat dari wilayah Amerika Latin dan Asia Selatan, serta pupuk potash dari wilayah Amerika Latin, Asia Selatan dan Asia Timur.

PKT membidik negara-negara yang kena imbas perang ini, sebagai pasar ekspor baru, seperti India dan negara-negara Eropa, dengan tetap mempertahankan pasar ekspor lainnya yang sudah berjalan seperti negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Selain kedua benua itu, PKT juga memperluas pasar ke Australia, Meksiko, Amerika Serikat, dan Amerika Selatan.

Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi mengatakan, “Kami berada pada momentum terbaik untuk terus tumbuh. Peluang di pasar global dan kepercayaan pemerintah kepada kami untuk menjalankan proyek strategis nasional akan menjadi batu pijakan kami untuk terus berinovasi, beradaptasi, dan meningkatkan kinerja. Kami akan menggenjot produksi untuk merespons pasar global dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ucap Rahmad dalam konferensi pers di Jakarta, 29 Maret 2023.

Modal berharga PKT untuk mengerjakan agenda besar tersebut, lanjut Rahmad, adalah kinerja PKT yang membanggakan.

Per kuartal IV 2022, pabrik pupuk yang berpusat di Bontang, Kalimantan Timur ini mencetak laba Rp 14,59 triliun, naik 137 persen dari tahun lalu.

Pada 2023, PKT bertekad menggenjot produksinya untuk mencapai target 2,768 juta ton amoniak, 3,399 juta ton urea, dan 250 ribu ton NPK.

Jumlah produksi tersebut bertujuan memenuhi sebesar kurang lebih 3,4 juta ton atau sekitar 63 persen dari kebutuhan pupuk urea nasional.

Jika tercapai, besaran produksi tersebut akan menempatkan PKT pada posisi keempat produsen urea terbesar di kawasan Asia Pasifik.

Rencana PKT untuk tahun ini berbasis pada prinsip growth strategy yang terdiri dari atas aspek operational and supply chain excellence, diversification excellence, dan geographical expansion excellence.

Inti dari penerapan growth strategy tersebut adalah penurunan biaya produksi. Proses ini juga didukung digitalisasi lini produksi dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

Dengan bekal sistem yang unggul ini, PKT menyasar untuk memenuhi sekitar 6 persen dari pangsa pasar urea, sekitar 20 persen untuk amoniak, dan sekitar 2 persen untuk NPK di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030.

Dalam praktik usahanya, PKT menjunjung tinggi prinsip-prinsip ESG (Environment, Social, Governance).

Dalam implementasi ESG ini PKT menargetkan dekarbonisasi sebesar 32,50 persen pada 2030 sebagai bagian dari upaya bersama  pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Net Zero Emission 2060.

“PKT mendapat mandat dari pemerintah untuk melaksanakan Proyek Strategis Nasional berupa pembangunan pabrik urea baru di Fakfak, Papua Barat, dengan kapasitas 1,15 juta ton urea dan 825.000 ton amoniak. Jika nanti telah beroperasi, PKT yang tadinya ada di posisi ke-6 di Asia Pasifik, akan bisa menduduki posisi ke-4. Pembangunan pabrik ini juga akan memenuhi tren peningkatan kebutuhan pupuk, mendukung ketahanan pangan, dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan masyarakat, khususnya di Indonesia Timur,” papar Rahmad.

Rahmad juga mengungkapkan bahwa PKT masih terus berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk pemerintah pusat dan daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk kelancaran dimulainya pembangunan pabrik di Fakfak, Papua Barat.

Sebagai tambahan dari rencana strategis tersebut, PKT juga melakukan pengembangan bisnis di sektor hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan.

Hilirisasi tersebut mencakup pengembangan produksi amonium nitrat yang diperkirakan dapat memenuhi sekitar 0,8 persen dari permintaan global serta produksi soda ash yang ditargetkan dapat menjadi substitusi impor hingga 30 persen dari kebutuhan nasional.

Untuk menghadapi kemungkinan pertumbuhan pasar kedepannya, PKT juga turut mempertimbangkan aspek pengembangan skala produksi dengan penerapan prinsip geographical excellence dalam pembangunan kompleks pabrik baru di Pulau Cendrawasih tersebut.

“Insya Allah, semuanya berjalan dengan lancar dan PSN Papua Barat ini akan beroperasi pada 2027 nanti,” pungkas Rahmad.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

IHSG BEI Senin Menguat

8 September 2025 - 12:25 WIB

IHSG dalam pekan ini diperkirakan masih akan tertekan oleh sejumlah sentimen. (Al Sattar/ foto Istimewa).

Harga Emas Antam Senin Rp2.060.000

8 September 2025 - 12:21 WIB

YLKI Desak Pemerintah Bereskan Masalah Beras Langka dan Mahal Dipasaran

7 September 2025 - 20:32 WIB

Populer EKONOMI