INAnews.co.id, Jakarta– Dalam wawancara dengan Helmi Yahya di channel YouTube-nya, Senin, pakar ekonomi syariah sekaligus pengusaha sukses Muhammad Syafii Antonio mengungkap analisis mendalam tentang fenomena kesenjangan ekonomi umat Islam Indonesia.
“Rata-rata orang Islam di Indonesia relatif kurang kaya dibandingkan saudara-saudara kita keturunan Tionghoa,” ungkap mantan profesor yang telah mengkonversi 17 bank konvensional menjadi syariah ini.
Tiga Akar Masalah Kemiskinan Umat
Antonio, yang nama aslinya Nio Cwan Chung, mengidentifikasi tiga masalah mendasar yang disebutnya sebagai “triple lines of problem of the entrepreneurship of ummah”:
1. Masalah Filosofis: Salah Kaprah soal Kekayaan
“Ada pemahaman keliru bahwa menjadi kaya itu kurang baik. Padahal Rasulullah sendiri berdagang hampir 27 tahun, lebih lama dari masa kenabiannya yang 23 tahun,” jelasnya.
Antonio menyebut tiga kesalahpahaman utama:
- Persepsi negatif terhadap kekayaan, padahal ada hadis sahih yang menyebutkan pedagang jujur akan bersama para nabi di surga
- Salah paham konsep zuhud, bukan menghindar dari dunia, tapi tidak membiarkan dunia menghalangi ibadah
- Salah tafsir “hubbud dunya” yang dilarang adalah mencari dengan cara haram, bukan cinta dunia itu sendiri
“Kalau semuanya miskin, masjid-masjid akan kumuh. Minimum ada 3-4 rukun Islam yang hilang: haji tidak mampu, zakat hilang, salat tidak ada atapnya,” tegasnya.
2. Masalah Teknikal: Kurang Kompetensi
“95 persen usaha collapse karena hanya bermodalkan semangat tanpa kompetensi,” ungkap penulis ensiklopedi 8 jilid tentang Rasulullah sebagai “Super Leader, Super Manager” ini.
Antonio menganalogikan: “Seperti menjadi orangtua, kita tidak pernah belajar psikologi anak umur 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun. Padahal setiap fase berbeda.”
Menurutnya, umat Islam kurang memaksakan diri mempelajari: bahasa Inggris yang baik, akuntansi dan keuangan, hukum bisnis, manajemen konflik dan komplain, dan teknologi terkini (AI, digital).
3. Masalah Political: Kebijakan Tidak Mendukung
Antonio menceritakan pengalaman pahitnya sebagai konsultan Kuwait Finance House yang gagal masuk Indonesia karena birokrasi rumit. “Akhirnya mereka buka kantor di Kuala Lumpur, padahal proyeknya di Kalimantan.”
“Indonesia too big to be ignored, tapi kemudahan berbisnis kalah dari Malaysia dan Singapura,” katanya mengutip kliennya.
Yang diperlukan menurut dia adalah: Rule of law yang jelas, Kemudahan perizinan, Pemerintahan pro-rakyat bukan pro-keluarga, Perlindungan investor asing
Rasulullah: Model Pengusaha Sukses
Antonio membantah anggapan bahwa Rasulullah miskin sepanjang hidup. “Beliau tetap punya saham bisnis setelah jadi nabi, tapi yang berubah adalah zakatnya lebih banyak.”
Ia menjelaskan konsep “kaya sabar” – kaya dalam jalan halal, tidak pamer, dan tidak sombong. “Ini lebih sulit dari miskin sabar, karena banyak godaan dan kesombongan.”
Teori “25 vs 900”: Syariahkan Pekerjaan
Salah satu konsep menarik Antonio adalah perbandingan waktu ibadah ritual (25 menit shalat sehari) dengan waktu bekerja (900 menit atau 15 jam sehari).
“Yang perlu disyariahkan adalah yang 900 menit ini. Ketika bekerja dengan niat mencari rezeki halal untuk keluarga, itu sudah ibadah,” jelasnya.
Ia mendefinisikan ibadah secara luas: “Segala yang dilakukan selama dicintai dan diridai Allah – jadi akuntan, dokter, bahkan pembuat sound system masjid bisa jadi fardu kifayah.”
Solusi Komprehensif
Antonio menawarkan solusi sesuai kemampuan masing-masing:
Untuk yang bisa mengubah mindset:
– Ubah persepsi tentang kekayaan dalam Islam
– Tanamkan growth mindset: muslim harus produktif
– Manfaatkan waktu optimal
Untuk yang punya skill:
– Berikan training entrepreneurship dan manajemen
– Dorong sertifikasi kompetensi
– Ajari teknologi terkini
Untuk yang punya akses politik:
– Bantu pemerintah pro-rakyat
– Dukung kebijakan kemudahan bisnis
– Perbaiki rule of law
Kaya Boleh, Asal Tiga Syarat
“Boleh kaya sekaya-kayanya dengan tiga syarat: caranya halal, tidak sombong, dan harus berbagi minimal 2,5% bahkan sampai 10%,” tegas Antonio.
Ia mencontohkan Warren Buffett dan Bill Gates yang sudah mewakafkan separuh harta: “Mereka bukan muslim tapi sudah mencontohkan tiga syarat ini – bisnis dengan aturan benar, hidup sederhana, dan berbagi besar.”
Pesan untuk Generasi Muda
“Untuk adik-adik Gen Z, ambil sertifikat kompetensi – IT, database, bahasa Inggris. Sekarang banyak yang gratis di Google. Saya lebih pilih yang S1 tapi bersertifikat daripada S2 tanpa keahlian.”
Antonio menutup dengan quote Winston Churchill: “Success is never final and failure is never fatal – kesuksesan tidak pernah final, kegagalan bukan akhir. Masih ada hari esok, Indonesia harus optimis.”
Dengan pengalaman mengkonversi puluhan bank dan membangun universitas sendiri, Antonio membuktikan bahwa menjadi kaya bagi muslim bukan hanya boleh, tapi wajib – untuk menolong sesama dan memajukan bangsa.






