Menu

Mode Gelap
Tragedi, Satu Orang Tertimbun Longsor Tambang PT SBE Berau, PADHI Desak Pemerintah Evaluasi Ijin Perusahaan Program Studi Hubungan Internasional Universitas Moestopo Jajaki Kerja Sama Akademik dengan Kedutaan Besar Ekuador Persatuan Guru Besar Indonesia Bentuk Satgas Lingkungan Berkelanjutan Komitmen Perlindungan HAM Perempuan Belum Prioritas Utama Pemerintahan Prabowo Pengamat: Kritik Kebijakan Boleh, Serang Personal Bisa Berurusan Hukum Terima Upeti Rp30 Juta, Anggota DPRD Bolsel Tantang Wartawan, Malah Kicep Saat Diperlihatkan Bukti, Masyarakat Geram, NasDem & PDIP Diminta PAW

PENDIDIKAN

Indonesia Paling Rendah Anggarannya untuk Riset

badge-check


					Foto: Gamal Albinsaid (politisi PKS), dok. ist Perbesar

Foto: Gamal Albinsaid (politisi PKS), dok. ist

INAnews.co.id, Jakarta– Indonesia adalah negara dengan rasio penganggaran riset terhadap PDB paling rendah, yaitu 0,24 persen. Itu disampaikan Anggota DPR dari PKS, Gamal Albinsaid yang mengutip laporan R&D World tahun 2022.

“Negara yang paling tinggi adalah Israel dengan 4,8%. Indonesia peringkat 34 dengan 8,2 milyar USD,” ungkapnya lewat akun X-nya, Rabu (8/1/2025).

“Sebagai gambaran, negara lain US 679,4 milyar USD, China 551,1 milyar USD, Jepang 182,2 milyar USD. Dimana anggaran riset global meningkat 5,43%,” tambahnya.

Standar UNESCO dan World Bank menyatakan negara dengan PDB besar menganggarkan 1 persen dari PDB untuk riset.

“Jika kita merujuk pada data BPS, dimana PDB atas dasar harga berlaku adalah 19,58 kuadriliun. Dengan demikian, dana riset kita seharusnya 195,8 triliun,” ungkapnya lagi.

Selain itu kata dia, kita bisa belajar dari Cina. Dimana dosen menggunakan 70 persen waktunya untuk riset dan sisanya untuk mengajar sehingga mereka bukan hanya menghasilkan lulusan saja tetapi juga menghasilkan ilmu pengetahuan.

“Perusahaannya mengalokasikan 20-30% SDM untuk riset,” katanya.

Di Indonesia malah kata dia, kita saksikan banyak pengajar berada dalam penjara administrasi. Pemasukan kampus berasal dari input mahasiswa, bukan dari riset yang digunakan industri sehingga banyak civitas akademika menjadi sales mahasiswa.

“Dalam hal keberpihakan, kita harus memprioritaskan dosen untuk mendapatkan beasiswa S3. Karena mereka jelas pengabdian dan kontribusinya bagi Indonesia,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Moestopo Jajaki Kerja Sama Akademik dengan Kedutaan Besar Ekuador

25 Oktober 2025 - 00:04 WIB

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Moestopo Jajaki Kerja Sama Akademik dengan Kedutaan Besar Ekuador

Persatuan Guru Besar Indonesia Bentuk Satgas Lingkungan Berkelanjutan

24 Oktober 2025 - 23:37 WIB

Persatuan Guru Besar Indonesia Bentuk Satgas Lingkungan Berkelanjutan

Komitmen Perlindungan HAM Perempuan Belum Prioritas Utama Pemerintahan Prabowo

24 Oktober 2025 - 18:19 WIB

Populer NASIONAL