INAnews.co.id, Jakarta– Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis, 31 Juli 2025. Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp16.458,5 per dolar AS, melemah signifikan sebesar 53,5 poin atau 0,33% dari penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di level Rp16.405.
Para analis pasar uang menilai pelemahan rupiah ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Menurut analis, sentimen utama yang menekan rupiah adalah perkembangan ekonomi global, terutama dari Amerika Serikat. Data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal II 2025 yang lebih kuat dari perkiraan, ditambah dengan sikap bank sentral AS (Federal Reserve) yang kembali menahan suku bunga, membuat dolar AS menguat.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa dua faktor tersebut menjadi pemicu utama. “Dolar AS menguat hari ini karena data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II 2025 masih cukup baik, ditambah the Fed semalam kembali menahan suku bunga acuan,” ujar Lukman.
Selain itu, ketegangan geopolitik global juga menjadi beban bagi mata uang Garuda. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dari Metro TV News menyebutkan bahwa eskalasi geopolitik menjadi tantangan global yang memengaruhi target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ibrahim Assuaibi memprediksi pergerakan rupiah akan fluktuatif sepanjang hari ini dan ditutup melemah di kisaran Rp16.390 hingga Rp16.450 per dolar AS. Senada, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp16.400 hingga Rp16.550 per dolar AS.
Meskipun demikian, pemerintah tetap optimistis. Ibrahim menambahkan, pemerintah akan terus mengakselerasi konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan investasi sebagai strategi jangka pendek untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada tahun 2025. Semester kedua 2025 akan menjadi penentu tercapainya target tersebut, dengan harapan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4%.*