Menu

Mode Gelap
Kemampuan Siswa dalam AI Didukung AFS Global STEM Innovators Mahfud Soroti Proyek Whoosh dan Desak KPK Tetap Usut Dugaan Korupsinya Menjaga Lingkungan Tetap Sehat di Area Pariwisata di Labuhanbatu Institut STIAMI: Perpustakaan adalah Jantung Akademik Kampus Konfercab DPC GMNI Baubau 2025 Sukses Digelar, Dhira Terpilih sebagai Ketua Baru Pemusnahan Balpres Ilegal

POLITIK

Budi Arie Sebaiknya Bikin Partai Sendiri

badge-check


					Foto: Budi Arie Setiadi/tangkapan layar Perbesar

Foto: Budi Arie Setiadi/tangkapan layar

INAnews.co.id, Jakarta- Penolakan demi penolakan terus mengalir untuk Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, yang berencana bergabung dengan Partai Gerindra. Kali ini giliran sayap politik muda Gerindra, Tunas Indonesia Raya (Tidar), yang secara tegas menolak kehadiran mantan Menteri Komunikasi dan Informatika era Jokowi tersebut.

Pengamat politik Adi Prayitno menilai, penolakan yang dilakukan Tidar melalui Sekjen mereka, Roki Candra, semakin memperpanjang daftar kader Gerindra yang keberatan dengan rencana masuknya Budi Arie ke partai berlambang burung garuda itu.

“Ini pertama kalinya dalam sejarah ada ketua umum relawan besar yang ingin bergabung dengan partai tapi ditolak oleh kader partai yang berjejaring di berbagai tempat,” ujar Adi dalam kanal YouTube-nya, Kamis (13/11/2025).

Tiga Alasan Penolakan

Adi menguraikan tiga argumen utama yang disampaikan Roki Candra dalam penolakannya. Pertama, Gerindra tidak mau dianggap sebagai partai persinggahan bagi sosok-sosok oportunis yang hanya berburu kekuasaan saat cuaca politik sedang cerah.

“Gerindra adalah partai yang dibangun melalui perjuangan panjang. Mereka tidak mau dianggap sebagai sandaran ketika siklus politik sedang berubah,” jelasnya.

Kedua, meski Gerindra terbuka untuk siapa saja, partai ini sangat selektif dalam merekrut anggota baru. “Gerindra adalah partai yang disusun dari bawah dengan kaderisasi dan ideologi yang tidak main-main. Begitu banyak kader yang berjuang dari bawah dan menunjukkan loyalitas kepada Prabowo Subianto,” tambah Adi.

Ketiga, jika Budi Arie dan Projo benar-benar ingin mensukseskan program pemerintahan Prabowo seperti makan bergizi gratis dan program populis lainnya, mereka tidak perlu bergabung dengan Gerindra.

“Siapa pun bisa berkontribusi dari luar. Jangan sampai bergabung dengan Gerindra hanya sebagai dalih untuk menutupi keinginan sesungguhnya berburu kekuasaan,” tegas Adi.

Momentum Bikin Partai Politik

Melihat resistensi yang terjadi, Adi menyarankan Budi Arie untuk membentuk partai politik sendiri. Menurutnya, ini adalah momentum yang tepat bagi Projo untuk membuktikan kekuatan politiknya.

“Kanan kiri mentok. Mau bergabung dengan Gerindra ditolak kadernya. Ini momentum yang pas. Buktikan kepada publik bahwa Projo yang katanya memiliki mesin politik mantap bisa bikin partai sendiri,” ujarnya.

Sebelumnya, Budi Arie juga telah ditolak oleh berbagai DPC Gerindra di sejumlah daerah. Penolakan dari Tidar kali ini menambah panjang daftar resistensi internal Gerindra terhadap rencana masuknya mantan ketua timses Jokowi tersebut.

“Ini case closed. Pintu masuk ke Gerindra mestinya sudah digembok. Pesan politiknya jelas: mereka tidak mau ada Budi Arie di Partai Gerindra,” pungkas Adi Prayitno.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Mahfud Soroti Proyek Whoosh dan Desak KPK Tetap Usut Dugaan Korupsinya

16 November 2025 - 20:21 WIB

Pemusnahan Balpres Ilegal

14 November 2025 - 23:59 WIB

Secara Yuridis Gelar Pahlawan Soeharto Tidak Ada Halangan

14 November 2025 - 22:59 WIB

Populer GERAI HUKUM