INAnews.co.id, Jakarta– Pakar AI Muhammad Hanif menegaskan bahwa investasi terpenting dalam adopsi AI adalah pada sumber daya manusia, bukan pada teknologi atau infrastruktur canggih.
“Kalau kita ngomongin investasi, terutama di Indonesia, yang paling penting justru di people-nya. Percuma kita investasi di teknologi yang paling canggih, yang paling baru, tapi orangnya tidak bisa pakai,” tegas Hanif dalam Indonesia Leaders Talk, Jumat (14/11/2025).
Hanif merumuskan tiga prioritas investasi untuk adopsi AI yang sukses:
Pertama, investasi di SDM (People): “Kita fokus di investasi upskilling di SDM-nya. Make sure si orang-orang atau karyawan yang kita punya itu benar-benar mereka punya core skill yang bagus, punya logic reasoning, sama thinking yang bagus,” jelasnya.
Kedua, investasi di Data dan Knowledge: “Setelah itu kita berhasil, baru kita masuk ke data, masuk ke knowledge sebagai pondasi AI. Ada banyak case perusahaan yang mengadopsi teknologi AI tapi mereka bahkan tidak punya data yang bagus,” ungkapnya.
Hanif memberi contoh konkret tentang customer service. “Yang paling banyak dipakai sekarang customer service AI. Sudah banyak vendor yang ada di Indonesia, harganya cukup murah—mulai dari Rp3.000 per bulan sampai jutaan per bulan. Tapi balik lagi: ketika kita tidak punya data yang bagus, tidak punya dokumentasi proses workflow kerjaan yang bagus, AI-nya juga akan generic, akan sloppy. Jadi garbage in, garbage out,” jelasnya.
Ketiga, investasi di Infrastruktur dan Tools: “Baru yang ketiga masuk di infra dan tools-nya. Menurut saya sekarang banyak tools yang gratis yang sudah bagus. Jadi sebenarnya untuk banyak case UMKM, mereka bisa memanfaatkan tools yang sudah ada sekarang,” katanya.
Hanif menekankan pentingnya data hygiene. “Make sure masing-masing perusahaan, mulai dari UMKM, mereka benar-benar punya data hygiene yang bagus, punya SOP yang lengkap, punya workflow, punya manual yang jelas. Itu sebenarnya satu kesatuan juga sama yang people tadi,” pungkas Hanif.






