Menu

Mode Gelap
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Rabu Emas Antam Rabu Naik IHSG BEI Rabu Menguat Indomobil eMotor Tyranno Jadi Motor Listrik Terbaik Korea Travel Fair 2025 Kembali Hadir di Jakarta Festival Imigrasi 2025 dan IMIPAS RUN Meriahkan HUT Ke-1 Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan

SOSDIKBUD

Rumah Proses Wayang Kautaman Sukses Menampilkan Pagelaran Kolaborasi “Sayap Jatayu “

badge-check


					Rumah Proses Wayang Kautaman Sukses Menampilkan Pagelaran Kolaborasi “Sayap Jatayu “ Perbesar

INAnews.co.id,  Jakarta  – Saat berjalan di hutan, Shinta melihat seekor kijang yang cantik. Shinta lalu meminta Rama memburu kijang itu. Rama pun menuruti permintaan kekasihnya.

Kijang yang telah membuat Sinta terpesona itu sesungguhnya adalah muslihat Rahwana lewat Marica, punggawa kepercayaannya. Sesaat setelah Rama pergi memburu kijang itu, dan lalu Laksmana menyusulnya, menculik Sinta bukan lagi perkara yang rumit untuk Rahwana.

Lama tak kembali, Leksmana yang khawatir terhadap kondisi kakaknya, Rama, lalu pergi menyusul dan membuat lingkaran sakti untuk melindungi Shinta. Tapi ternyata, kijang tersebut merupakan jebakan.

Kijang yang merupakan penjelmaan salah seorang anak buah Rahwana. Rahwana ingin menculik Shinta karena menurutnya Shinta merupakan titisan Dewi Widowati, wanita yang sangat dicintainya.

Begitulah kisah sebuah pagelaran  sendratari berjudul Sayap Jatayu, Seblak Tanjak dan Rond De Jambe yang di tampilkan oleh Rumah Proses pada Minggu, 16 November 2025 di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini, Jakarta Timur.

Pagelaran di mulai pada Minggu sore, 16 November sore, Tepat pukul 15.30.  Suasana Gedung Teater Wayang Kautaman tampak full semua kursi terisi oleh para seniman, mahasiswa,  pengunjung umum pecinta kesenian wayang klasik dan Ballet serta tokoh pejabat hadir menikmati gelaran ini.

Dalam pagelaran yang mengkolaborasikan kesenian tari  wayang orang dengan tari klasik ballet, diberi  judul Sayap Jatayu, Seblak Tanjak dan Rond De Jambe ini  menampilkan sejumlah seniman muda berbakat, di antaranya Achmad Dipoyono sebagai Jatayu dan Adif Marhendra sebagai Rahwana. Mereka tampil bersama Nuksmarani Sri Cempasari, sebagai Dewi Sinta, Dhanurwenda sebagai Ramawijaya, Haris Sakadian sebagai Lesmana Widagda, dan Thimoteus Dewa Dharma sebagai Kala Marica serta penampilan yang sangat memukau penari ballet bertalenta yaitu Theresia Dian Louisa sebagai Kijang Emas.

Pementasan Sendratari Sayap Jatayu  adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dikolaborasikan dengan Ballet klasik dalam satu panggung dikemas secara apik. Tata panggung modern  dirancang agar dapat beradaptasi, memungkinkan transisi yang mulus gerakan tari wayang orang klasik berpadu dengan tari ballet. antara adegan yang membutuhkan ruang luas untuk tarian massal hingga adegan yang lebih intim. sehingga mampu menciptakan satu momentum harmonisasi  menyuguhkan kisah Ramayana menjadi suguhan kesenian menarik ditonton.

Dalam keterangan resminya pada awak media, Minggu, 16 November 1025, Prapto Panuju selaku Pelaksana Produksi, menyampaikan,”pagelaran Sayap Jatayu adalah sebuah karya yang berpijak pada bentuk pengembangan Wayang Orang dan Eksplorasi Ballet Indonesia. Ekspolarasi terhadap ekspresi dua kutub budaya yang berbeda ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan secara sungguh-sungguh otentisitas dan keunikan masing-masing.” Ungkapnya.

“Pagelaran Sayap Jatayu adalah Konsep Panggung Konvensional yang secara artistik ditata ulang dan dikembangkan melalui penambahan elemen-elemen visual berbasis teknologi, sehingga pertunjukan ini mampu menyatukan dua elemen berbeda dan berkolaborasi membentuk sebuah harmonisasi dari sebuah transisi perpindahan musik ballet  ke gending jawa ataupun sebaliknya, proses transisi gerak dan musik ini dikonsep secara cermat dan matang oleh Rumah Proses agar mencapai harmonisasi untuk bisa di nikmati secara utuh pada generasi saat ini.” Tambah Panuju lebih lanjut.

Dari hasil pagelaran tersebut Nanang Hape selaku sutradara berpendapat,” Pertunjukan hasil kolaborasi antara Kesenian Wayang Orang Klasik dengan Tari Klasik Ballet dalam satu panggung ini diharapkan dapat menjadi sebuah tawaran sebuah karya seni budaya yang mampu beradaptasi dengan ruang, waktu dan nalar tradisi hari ini.” paparnya.

Selanjutnya Nanang menambahkan  bahwa dirinya,”sangat bersyukur karena dalam Rumah Proses yang melahirkan sebuah karya Sayap Jatayu di support penuh oleh Ira Surono sebagai produser. Kemudian juga Koreografer Tari Ballet oleh Esther Tampubolon sedangkan Koreografer Tari Jawa adalah Achmad Dipoyono. Harus di akui kejelian dari  Komposer garapan Vembriona Edy yang membuat musik pengiring dalam pertunjukan  tersebut mampu menciptakan transisi musik yang sangat halus  saat musik memgiringi tarian  ballet bertransisi irama ketika mengiringi  gerak tari wayang orang klasik sehingga mampu menciptakan harmonisasi indah, Sementara  untuk  Skenografer oleh Sugeng Yeah. Creative Visual oleh Prabudi Hatma Samarta.”tandas Nanang.

Sementara itu salah satu penonton yang  sengaja datang menyaksikan pertunjukan kolaborasi ini yaitu Ci Clara dari Komunitas Bunda milenial sangat mengagumi keindahan gerakan tari dan harmoni musik gamelan tradisional berpadu dengan musik pengiring ballet  yang memukau.

” Sendratari Ramayana modern sebagai cara untuk menghidupkan dan mengenalkan kekayaan budaya Nusantara kepada generasi muda dan masyarakat luas. Pertunjukan ini dianggap sebagai pengalaman yang tidak hanya menghibur, tetapi juga membawa penonton ke dalam perjalanan spiritual dan estetika yang tak terlupakan karena nilai moral yang terkandung di dalamnya,” ungkap Ci Clara yang juga mempopulerkan budaya berkebaya pada generasi muda.

Dalam kesempatan perbincangan penutup Nanang Hape selaku sutradara berharap, ” Semoga pertunjukan kolaborasi Kesenian Wayang Orang Klasik dan tari ballet ini bisa menjadi momentum penting bagi para pecinta kesenian tradisional wayang orang klasik dan tari ballet, bahwa sebuah kolaborasi kesenian untuk menciptakan harmonisasi bisa terjadi karena adanya proses. Kolaborasi semacam ini tidak hanya menghasilkan pertunjukan yang memukau, tetapi juga membuka wawasan baru tentang bagaimana tradisi dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujarnya.

“Sayap Jatayu melalui Rumah Proses  bisa membawa hasil kolaborasi seni dan budaya ini ke berbagai daerah sehingga lebih dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat, terutama generasi muda. Sebagai salah satu upaya melestarikan Seni budaya dan membangun hubungan harmonis di masyarakat dalam berbagai  keragaman kesenian yang  ada di masyarakat.” tutup Nanang Hape.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Korea Travel Fair 2025 Kembali Hadir di Jakarta

18 November 2025 - 20:56 WIB

Wayang Kautaman Tampilkan Kolaborasi Seni Budaya Dalam Satu Panggung Pada Pertunjukan “Sayap Jatayu”

7 November 2025 - 13:37 WIB

Fadli Zon Bela Pengusulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

6 November 2025 - 08:42 WIB

Populer BUDAYA