INAnews.co.id, Jakarta– Presiden ASPEK Indonesia, Muhammad Rusdi, mengungkapkan fakta mengejutkan: aset BPJS Ketenagakerjaan Indonesia hanya Rp800 triliun, jauh tertinggal dari Malaysia (Rp4.000 triliun), Singapura (Rp8.000 triliun), bahkan Jepang dan Norwegia yang masing-masing mencapai Rp28.000 triliun.
Dalam pidatonya yang diunggah di kanal YouTube ASPEK Indonesia, Sabtu (18/10/2025), Rusdi memaparkan empat strategi revolusioner untuk membangun relasi kuasa yang seimbang antara buruh, pengusaha, dan negara.
Poin pertama yang diusung ASPEK adalah mendorong kenaikan upah minimum hingga Rp7,1 juta per bulan, setara dengan standar penghasilan tidak kena zakat mal (nisab) menurut Baznas tahun 2025.
“Dari Rp5,5 juta menuju Rp7,1 juta, harusnya naiknya 30 persen. Gaji di bawah Rp7 juta berarti kita enggak wajib zakat. Artinya, gaji di bawah Rp7 juta masih miskin,” tegas Rusdi.
Usulan kedua adalah jaminan kesehatan gratis untuk seluruh rakyat Indonesia menggunakan kelas 3, dengan anggaran yang dibutuhkan hanya Rp113 triliun yang akan ditanggung negara.
Pengalihan Iuran BPJS Kesehatan ke Jaminan Pensiun
Strategi ketiga adalah mengalihkan iuran BPJS Kesehatan yang selama ini dibayar pengusaha (4%) dan buruh (1%) menjadi iuran jaminan pensiun. Karena negara akan menanggung biaya kesehatan, iuran tersebut dialihkan untuk memperbesar dana BPJS Ketenagakerjaan.
“Artinya pengusaha dan buruh enggak ngrogoh dana lagi, cuma mengalihkan,” jelas Rusdi.
Usulan keempat adalah mewajibkan perusahaan menyimpan dana cadangan pesangon di BPJS Ketenagakerjaan, bukan lagi di lembaga keuangan swasta seperti Dana Pensiun Astra atau perbankan.
Rusdi menjelaskan bagaimana skema ini menguntungkan semua pihak. Dengan dana BPJS Ketenagakerjaan yang membesar, lembaga ini dapat memberikan kredit kepada pengusaha dengan bunga hanya 8 persen, jauh lebih rendah dari bunga bank komersial yang mencapai 12-14 persen.
“Ada selisih 6 persen. Enam persen ini buat apa? Buat meng-cover kenaikan upah minimum. Ini hanya permainan uang saja, bagaimana harta itu bisa beredar di semua orang,” tutup Rusdi disambut sorak-sorai “Hidup Buruh!”