Oleh: Saktisyahputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Jakarta, INAnews – Perkembangan teknologi komunikasi dan digitalisasi media membuat industri komunikasi digital semakin kreatif dan inovatif serta dibutuhkan masyarakat ini. Tren penelitian komunikasi digital sedang naik dan populer saat ini, salah satunya penelitian Media Sosial.
Hal ini dibuktikan dengan banyak peneliti komunikasi di seluruh dunia melakukan penelitian dan publikasi di jurnal internasional membahas Media Sosial. Seperti (Martins, 2022), (Squires, 2022), (Jernigan, 2020), (Isaac Kofi Nti; Adebayo Felix Adekoya; Michael Opoku; Peter Nimbe, 2020), (Enilda Romero-Hall; Erika Petersen; Renata Sindicic; Linlin Li, 2020), (Stephan Längle, 2019) dan (Kenneth Nwanua Ohei, 2019) yang membahas media sosial ketika membantu dalam kegiatan belajar mengajar, kepemimpinan, feminisme dan budaya pop.
Karakter media sosial dalam komunikasi digital sebagaimana berikut. Keempat Interaksi (interactivity).
Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antar-pengguna. Jaringan ini tidak sekadar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut (follower) di internet semata, tetapi juga harus dibangun dengan interaksi antarpengguna tersebut. Selanjutnya, secara teori kata interaksi ini bisa didekati dalam beberapa makna, yakni pertama interaksi merupakan sebuah struktur yang menghubungkan khalayak maupun perangkat lunak dari berbagai sistem media. Kedua interaksi memerlukan individu sebagai “human agency”.
Bahwa perangkat teknologi seperti media sosial lebih banyak sekadar menjadi sarana maupun alat yang sepenuhnya bisa digunakan oleh khalayak. Ketiga interaksi menunjukkan sebuah konsep tentang komunikasi yang terjadi antara pengguna yang termediasi oleh media baru dan memberikan kemungkinan-kemungkinan baru yang selama ini ada dalam proses komunikasi interpersonal.
Keempat interaksi juga bisa diartikan sebagai konsep yang menghapuskan sekat atau Batasan ruang dan waktu. Interaksi di ruang virtual bisa terjadi kapan saja dan melibatkan pengguna dari berbagai wilayah. (Gane & Beer, 2008:97).
Kelima Simulasi (Simulation) Sosial. Media sosial memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya masyarakat (society) di dunia virtual. Media sosial juga memiliki keunikan dan pola yang dalam banyak kasus bisa berbeda dan tidak dijumpai dalam tatanan masyarakat yang real. Misalnya, pengguna media sosial bisa dikatakan sebagai warga negara digital (digital citizenship) yang berlandaskan keterbukaan tanpa adanya batasan-batasan.
Layaknya masyarakat atau negara, di media sosial juga terdapat aturan dan etika yang mengikat penggunanya. Aturan ini bisa dikarenakan perangkat teknologi itu sendiri sebagai sebuah mesin yang terhubung secara online atau bisa muncul karena interaksi di antara sesama pengguna (Nasrullah, 2015a). Sementara, untuk memahami makna simulasi sendiri bisa ditelusuri dari karya Jean Baudrillard Simulations and Simulacra (1994).
Baudrillard mengungkapkan gagasan simulasi bahwa kesadaran akan yang real di benak khalayak semakin berkurang dan tergantikan dengan realitas semu. Kondisi ini dikarenakan imaji yang tersajikan oleh media secara terus-menerus. Khalayak seolah-olah tidak bisa membedakan antara apa yang nyata dan apa yang ada di layer. Khalayak seolah-olah berada di antara realitas dan ilusi. Sebab, tanda yang ada di media sepertinya telah terputus dari realitas.
Keenam, Konten oleh Pengguna (User Generated Content). Karakteristik media sosial lainnya adalah konten oleh pengguna atau popular disebut dengan user generated content (UCG). Term ini menunjukkan bahwa di media sosial konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi oleh pengguna atau pemilik akun. Contoh bagaimana karakteristik media sosial ini bekerja bisa dilihat dari jenis-jenis media sosial yang dijelaskan di bab selanjutnya.
UGC merupakan relasi simbiosis antara kultur media baru yang memberikan kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi (Lister et al., 2009: 221). Konten oleh pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa di media sosial khalayak tidak hanya memperoduksi konten di ruang apa yang disebut Jordan sebagai “their own individual place” melainkan juga mengonsumsi konten yang diproduksi oleh pengguna lain.
Ini merupakan kata kunci untuk mendekati media sosial sebagai media baru dan teknologi dalam Web 2.0. Teknologi yang memungkinkan produksi serta sirkulasi yang bersifat massa dari konten oleh pengguna (UGC). Bentuk ini adalah format baru dari kultur interaksi (interactive culture) di mana para pengguna berlaku dalam waktu yang bersamaan sebagai produser di satu sisi dan di sisi lain sebagai konsumen dari konten yang dihasilkan di ruang online (Fuchs, 2014; Gane & Beer, 2008).
Ketujuh Penyebaran (share/sharing) merupakan karakter lainnya dari media sosial. Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan dikonsumsi oleh penggunanya semata melainkan didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh pengguna itu sendiri (Benkler, 2012; Cross, 2011). Praktik ini merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukkan bahwa khalayak aktif dalam menyebarkan konten sekaligus konten itu juga dikembangkan oleh khalayak tadi.
Maksud dari pengembangan ini adalah konten yang ada mendapatkan misalnya, komentar yang tidak sekadar opini melainkan juga data atau fakta terbaru. Penyebaran ini terjadi dalam dua jenis, yakni melalui konten dan perangkat. Dalam konten, media sosial tidak hanya memproduksi konten dari khalayak pengguna semata tetapi konten itu juga didistribusikan secara “manual” oleh pengguna lain. Tentu secara otomatis program yang ada pada masing-masing platform media sosial juga menyebarkan setiap konten yang telah terpublikasi dalam jaringan tersebut.
Uniknya, konten tidak hanya sebatas pada apa yang telah terunggah semata. Konten di media sosial dan disebarkan tersebut juga memungkinkan untuk berkembang dengan tambahan data, revisi informasi, komentar, sampai pada opini baik itu menyetujui atau tidak. (Rulli Nasrullah, 2021).
Penulis mengajak pembaca untuk dapat memaksimalkan karakter media sosial untuk hal-hal yang positif, kegiatan-kegiatan yang positif dan konten-konten positif untuk dapat bermanfaat kepada masyarakat luas. Mari kita optimalkan media sosial untuk membranding diri kita, membantu bisnis kita, memperbanyak teman dan relasi baru serta sebagai tempat latihan belajar untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan media sosial dengan baik dan cerdas.
Saktisyahputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
Penulis 15 Buku
www.saktisyahputra.com
References
Enilda Romero-Hall; Erika Petersen; Renata Sindicic; Linlin Li. (2020). Most versus least used social media: undergraduate students’ preferences, participation, lurking, and motivational factors. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(3), 244–266. https://doi.org/10.1504/IJSMILE.2020.10031270
Isaac Kofi Nti; Adebayo Felix Adekoya; Michael Opoku; Peter Nimbe. (2020). Synchronising social media into teaching and learning settings at tertiary education. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(3), 230–243.
Jernigan, S. (2020). How to change the world: the relationship between social media and social change in the classroom. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(3), 169–180.
Kenneth Nwanua Ohei. (2019). Integration of social media technologies and applications to serve as blended approaches to traditional teaching and learning method: a case study of South African universities. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(2), 150–167. https://doi.org/10.1504/IJSMILE.2019.10023644
Martins, A. (2022). Feminism, Leadership, and Social Media: The Feminists From the Nigerian #EndSARS Protests. International Journal of Social Media and Online Communities (IJSMOC), 14(2), 18.
Rulli Nasrullah. (2021). Manajemen Komunikasi Digital Perencanaan, Aktivitas dan Evaluasi. PrenadaMedia.
Squires, A. P. L. R. L. (2022). Examining social media in the online classroom: postsecondary students’ Twitter use and motivations. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(4).
Stephan Längle. (2019). Star Wars science on social media! Using pop culture to improve STEM skills. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(2), 137–149. https://doi.org/10.1504/IJSMILE.2019.10023643