Menu

Mode Gelap
KPA Desak Pembentukan Badan Pelaksana Reforma Agraria HTN 2025, Partai Buruh Desak Pelaksanaan Reforma Agraria Sejati IKN Jadi Ibu Kota Politik: Pemerataan atau Sekadar Perpindahan Fisik? Rupiah Kamis Melemah Harga Emas Antam Kamis Turun Tipis IHSG BEI Kamis Menguat

Uncategorized

Konten di Media Sosial sebagai Kekuatan Baru (Bag. 2)

badge-check


					Ilustrasi Media Sosial / Freepik Perbesar

Ilustrasi Media Sosial / Freepik

JAKARTA, INAnews – Perkembangan teknologi komunikasi dan digitalisasi media membuat industri komunikasi digital semakin kreatif dan inovatif serta dibutuhkan masyarakat ini. Tren penelitian komunikasi digital sedang naik dan populer saat ini, salah satunya penelitian media sosial.

Hal ini dibuktikan dengan banyak peneliti komunikasi di seluruh dunia melakukan penelitian dan publikasi di jurnal internasional membahas Media Sosial. Seperti (Martins, 2022), (Squires, 2022), (Jernigan, 2020), (Isaac Kofi Nti; Adebayo Felix Adekoya; Michael Opoku; Peter Nimbe, 2020), (Enilda Romero-Hall; Erika Petersen; Renata Sindicic; Linlin Li, 2020), (Stephan Längle, 2019) dan (Kenneth Nwanua Ohei, 2019) Membahas Media Sosial membantu dalam kegiatan belajar mengajar, kepemimpinan, feminisme dan budaya pop.

Untuk memahami realitas sosial-siber terkait teks sebagai sebuah konten, perlu kiranya untuk memahami bagaimana kondisi teks (electronic texts) itu sendiri dan teknologi yang memediasinya (Cantoni & Tardini, 2006) sebagaimana berikut ini :

  1. Teks di media siber bisa diproduksi kembali berulang-ulang. Perangkat media siber menjadi semacam pabrik yang akan mengolah materi mentah menjadi teks yang bisa dibaca. Apa pun perangkatnya misalnya komputer pribadi, telepon genggam, televisi pintar, dan sebagainya asal terkoneksi ke dalam jaringan, maka teks akan bisa diproduksi kembali. Namun, reproduksi itu tidaklah sama, misalnya, ketika membuka halaman facebook melalui komputer pribadi akan berbeda tampilannya jika dibuka dengan menggunakan telepon genggam.
  2. Teks di media siber tidak dibatasi oleh ukuran-ukuran seperti waktu dan ruang. Selagi ada akses terhadap internet, informasi yang diinginkan oleh pengguna akan selalu tersedia. Kerja internet yang menghubungkan ribuan bahkan jutaan komputer sebagai pangkalan data yang juga perangkat itu hidup selama 24 jam tanpa henti memungkinkan untuk pengguna mengakses informasi tersebut.
  3. Modifikasi terhadap teks bisa terjadi di media siber. Dalam media konvensional seperti buku atau koran, teks yang sudah tercetak bersifat permanen dan tidak bisa diubah. Di media siber teks bisa dimodifikasi, ditambah, atau dihapus dengan menggunakan program-program yang tersedia.
  4. Tidak hanya satu bentuk, teks di media siber bisa multimedia. Halaman di media siber tidak hanya memuat teks atau foto semata, melainkan juga bisa dikombinasikan dengan video, musik, animasi, dan sebagainya. Teks menjadi lebih kreatif dan lebih banyak melibatkan indra manusia.
  5. Teks di media siber berlangsung terus-menerus. Artinya, komunikasi yang terjadi di media siber bisa menjadi artefak atau terdokumentasikan yang bisa dilihat sewaktu-waktu. Juga, meski telah menjadi dokumentasi, komunikasi tersebut bisa dilanjutkan kembali bahwa obrolan (chatting) yang terjadi pada bulan lalu bisa dilanjutkan pada hari ini dengan topik yang masih sama atau topik yang berbeda tetapi medianya sama.
  6. Teks merupakan hasil dari komunikasi yang interaktif di media siber. Kondisi ini menyebabkan teks, dalam kasus tertentu, menjadi berkembang, beragam, dan melibatkan pertukaran pemaknaan atas teks itu sendiri. Hal ini yang tidak terjadi pada produksi teks di media massa yang menempatkan khalayak hanya sebagai penerima terhadap model teks yang disebarkan.
  7. Komunikasi di internet bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Apakah komunikasi itu dimaksudkan untuk kebutuhan perorangan atau terjadi dalam kelompok yang besar. Media siber memungkinkan individu untuk mengakses, sekaligus melalui aplikasi yang disenanginya, akan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan.    (Nasrullah, 2021)

Penulis mengajak pembaca untuk membuat dan memanfaatkan konten pada media sosial menjadi kekuatan baru kebermanfaatan untuk masyarakat luas. Baik untuk personal branding, corporate branding, transaksi jual-beli meningkatkan omset bisnis dan masih banyak yang lainnya.

Penulis:
Saktisyahputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Pembicara Internasional
Dosen Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
Penulis 16 Buku
www.saktisyahputra.com

References

Enilda Romero-Hall; Erika Petersen; Renata Sindicic; Linlin Li. (2020). Most versus least used social media: undergraduate students’ preferences, participation, lurking, and motivational factors. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(3), 244–266. https://doi.org/10.1504/IJSMILE.2020.10031270

Isaac Kofi Nti; Adebayo Felix Adekoya; Michael Opoku; Peter Nimbe. (2020). Synchronising social media into teaching and learning settings at tertiary education. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(3), 230–243.

Jernigan, S. (2020). How to change the world: the relationship between social media and social change in the classroom. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(3), 169–180.

Kenneth Nwanua Ohei. (2019). Integration of social media technologies and applications to serve as blended approaches to traditional teaching and learning method: a case study of South African universities. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(2), 150–167. https://doi.org/10.1504/IJSMILE.2019.10023644

Martins, A. (2022). Feminism, Leadership, and Social Media: The Feminists From the Nigerian #EndSARS Protests. International Journal of Social Media and Online Communities (IJSMOC), 14(2), 18.

Nasrullah, R. (2021). Teori dan Riset Khalayak Media. Kencana.

Squires, A. P. L. R. L. (2022). Examining social media in the online classroom: postsecondary students’ Twitter use and motivations. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(4).

Stephan Längle. (2019). Star Wars science on social media! Using pop culture to improve STEM skills. International Journal of Social Media and Interactive Learning Environments, 6(2), 137–149. https://doi.org/10.1504/IJSMILE.2019.10023643

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Polres Kolaka Timur dan KPU Perkuat Sinergi Jaga Kondusivitas Daerah

15 September 2025 - 13:46 WIB

Fokusmaker Dibawah Kepemimpinan Abrory Ben Barka Solid Mendukung Program Bidang Pemuda DPP Partai Golkar

19 Agustus 2025 - 12:21 WIB

Mahasiswa Institut STIAMI Company Visit ke Berita Nasional TV: Jembatani Akademik dan Industri Media

5 Mei 2025 - 13:24 WIB

Mahasiswa Institut STIAMI Company Visit ke Berita Nasional TV: Jembatani Akademik dan Industri Media
Populer Uncategorized