JAKARTA, INAnews – Dinamika partai dalam membangun koalisi sudah di mulai, dimana Partai Golkar, PAN, dan PPP mendeklarasikan diri untuk sepakat membangun Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Perlu diketahui ketiga partai tersebut diangap sudah mewakili rakyat Indonesia, Golkar yang berhaluan Nasionalis, serta PAN dan PPP yang dianggap sudah mewakili kalangan Ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, dinilai akan mampu mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat secara luas.
Koalisi Indonesia Bersatu yang di prakarsai Partai Golkar, PAN, dan PPP sepakat untuk tidak membicarakan dahulu calon yang akan diusung pada PILPRES 2024 nanti. Akan tetapi melihat deklarasi koalisi tersebut dihadiri oleh Luhut Binsar Pandjaitan, dan Ketua Umum Projo yaitu Budi Arie Setiadi sangat mengisyaratkan bahwa Koalisi Indonesia Bersatu ini akan mengusung Calon Presiden sesuai arahan dari Luhut Binsar Pandjaitan yang juga di anggap sebagai kepanjangan tangan dari Jokowi.
Sangat menarik dari koalisi yang dibangun oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP dengan menghadirkan tokoh yang dekat dengan Jokowi, mengingat PDI-P melalui Ketua Umum Megawati melemparkan isyarat dengan tegas bahwa PDI-P akan tetap mengusung sesuai pilihan Ketua Umum, dimana Megawati mengatakan “bahwa urusan Capres adalah wewenangnya secara penuh, yang lain gak boleh ikut campur urusan penetapan capres dari PDI-P” dan bahkan Megawati juga mengultimatum dengan mengatakan “Ada yang tanya mengapa PDIP kok diam saja nggak mau (segera) mencalonkan. Kalian siapa yang berbuat manuver, keluar! Karena tidak ada di PDIP itu yang main dua kaki main tiga kaki, melakukan manuver!”
Setelah KIB di deklarasikan, partai-partai lain yang ingin bergabung diberikan atensi bahwa KIB akan menolak jika ada partai yang ingin bergabung dengan membawa atau mengusung capres, karena KIB sudah bersepakat untuk tidak membicarakan capres yang akan di majukan. Sehingga PKB yang sudah jelas akan mengusung Muhaimin Iskandar sebagai Capres 2024 tertolak secara halus untuk bergabung dengan KIB.
Perlu dipahami, Partai NASDEM yang melakukan Rakernas beberapa waktu lalu memunculkan 3 nama Calon Presiden yang akan diusung pada PILPRES 2024, dimana 3(tiga) nama tersebut di usulkan oleh pengurus DPW Nasdem se-Indonesia. Menariknya muncul nama Jendral Andhika Perkasa masuk menjadi salah satu kandidat terkuat dari Partai NASDEM.
PKB mencoba melanjutkan komunikasi dengan PKS, dimana PKS bisa menerima jika PKB yang tetap ngotot mencalonkan Muhaimin Iskandar sebagai Capres, bahkan penjajakan komunikasi kedua partai tersebut juga mengarah kepada Partai Demokrat yang juga siap dan tertarik untuk melakukan pembicaraan arah koalisi dengan PKB dan PKS dengan sebutan “Semut Merah”, akan tetapi koalis PKB dengan PKS menjadi perbincangan hangat dikalangan pengamat politik mengingat PKB dan PKS sering berbeda haluan politik dan akan menarik jika memang benar terjadi koalisi di kedua partai tersebut.
Akan tetapi dari pergerakkan itu semua, dengan cepat PKB juga melakukan penjajakan kepada Partai Gerinda dengan melakukan pertemuan langsung seluruh petinggi kedua partai tersebut, dan pada saat selesai berdiskusi dan melakukan konferensi pers, Partai Gerinda dan Muhaimin Iskandar mendeklarasikan Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), dimana ketua umum dari kedua partai tersebut yaitu Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar sudah bersepakat untuk koalisi.
Alhasil, PKS yang merasa ditinggal oleh PKB dalam penjajakan koalisi, sehingga PKS juga melakukan pertemuan dengan Partai NASDEM, dan berhasrat ingin bergabung dengan NASDEM yang sudah mengusung 3 (tiga) nama calon presiden. Sementara di tempat lain, AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat juga melakukan kunjungan di kediaman ketua umum Partai Gerindra akan tetapi tidak mendeklarasikan diri seperti yang dilakukan pada saat Gerindra dan PKB bertemu, sehingga bisa dikatakan Partai Demokrat belum bersepakat untuk bergabung dengan Koalis Kebangkitan Indonesia Raya.
SBY selaku pembina Partai Demokrat melakukan pertemuan di Cikeas dengan Jusuf Kalla dan tak lama berselang, Surya Paloh selaku Ketua Umum partai NASDEM juga bertemu dengan AHY selaku ketua umum partai Demokrat di gedung NASDEM Tower, dimana hasil dari pertemuan para tokoh tersebut hanya membicarakan mengenai persahabatan dalam berdemokrasi dan berpolitik, dan tidak membicarakan arah koalisi yang akan dibangun.
Belajar dari Megawati
Menjelang pendaftaran Calon Presiden 2024, hanya PDI-P yang sampai saat ini masih belum menentukan akan berkoalisi dengan partai lain, meskipun tanpa berkoalisi sudah cukup untuk mengusung calon presiden. Disinilah kehebatan Megawati selaku Ketua Umum PDI-P mampu memainkan komunikasi politik yang menarik dalam mengelola konfilk di tubuh partai PDI-P.
Salah satu konflik yang dimainkan oleh Megawati adalah dengan meminta para pengurus partai untuk mendukung Puan Maharani menjadi salah satu kandidat calon presiden 2024, sehingga muncul dinamika dalam internal partai PDI-P, mengingat PDI-P juga memiliki kader potensial untuk di usung menjadi figur alternatif salah satunya Ganjar Pranowo yang selalu masuk kedalam 3 besar figur calon presiden potensial.
Selain itu, Megawati juga sering menyentil beberapa kader dalam setiap rapat internal partai yang mencoba bermanuver, bahkan Presiden Jokowi pun tidak luput dari sindiran sang Ketua Umum dengan mengatakan “Pak Jokowi gak bisa jadi Presiden kalau tidak ada PDI-P”. hal tersebut menjadi sebuah tanda sikap komunikasi politik kepada seluruh kader partai.
Seperti diketahui, bahwa kader-kader PDI-P yang duduk sebagai anggota dewan selalu mengkampanyekan Puan sebagai Calon Presiden, terlihat dari beberbagai unggahan pengurus dan kader yang duduk sebagai anggota dewan, sangat terlihat bahwa dukungan penuh diberikan kepada Puan Maharani.
Akan tetapi setelah maraknya statement yang disampaikan oleh Ganjar terkait prihal Penolakannya terhadap Israel pada ajang penyelenggaraan Piala Dunia U20 menjadi sebuah test case kepada loyalis kader-kader PDI-P termasuk Gubernur Bali yang lebih dulu menolak kehadiran official Israil di Bali. Sehingga para pengamat memprediksi bahwa elektabilitas partai PDI-P akan turun akibat statement dari Gubernur Bali dan Jawa Tengah tersebut.
Dengan kondisi tersebut, tepatnya pada tanggal 21 April 2023 tepatnya di Batu Tulis Bogor, Megawati selaku Ketua Umum PDI-P mengumumkan Ganjar Pranowo untuk dijadikan Capres dari partai berlogo banteng. Hal ini menjadi sebuah langkah konkrit dari PDI-P yang mungkin melihat dalam setiap rilis lembaga survei bahwa Ganjar selalu masuk dalam nominasi 3(tiga) besar. Sehingga Megawati memutuskan Ganjar dibandingkan anaknya Puan Maharani sebagai Calon Presiden dari PDI-P.
Pasca Pengumuman Ganjar sebagai Calon Presiden PDI-P
Dengan pengumuman yang dilakukan PDI-P terkait Ganjar sebagai Calon Presiden, beberapa partai politik yang telah membentuk kesepakatan koalisi pun terlihat ingin berubah haluan, bahkan ada yang langsung berkomunikasi dengan partai di luar koalisi yang sudah dibangun, sehingga menimbulkan kegaduhan sedikit di beberapa partai untuk menentukan calon presiden yang akan di usung.
Karena tak lama berselang setelah PDI-P mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden, Partai Hanura dan PSI yang tidak lolos parlemen threshold juga langsung mendeklarasikan Ganjar sebagai Calon Presiden 2024. Hal itu disampaikan langsung oleh Osman Sapta selaku ketua Umum Hanura dan Grace Natalie selaku Ketua Dewan Pembina PSI.
Prabowo pun selaku Ketua Umum Partai Gerindra dan juga Calon Presiden dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) langsung melakukan safari politik ke Partai Golkar, diantaranya ke Aburizal Bakrie selaku Dewan Pembina dan Airlangga Hartanto selaku ketua umum dari Partai Golkar di tempat terpisah, hal itu disinyalir bahwa Koalisi Indonesia Bersatu akan terpecah, karena sedari awal memang terlihat akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden, akan tetapi koalisi KIB masih menghormati proses yang dilakukan oleh PDI-P mengingat Ganjar masih berstatus sebagai kader dari PDI-P.
Selang beberapa hari PPP yang memang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu langsung mengumumkan Ganjar sebagai Calon Presiden yang disampaikan oleh plt. Ketua Umum Mardiono di Sleman Yogyakarta. Hal ini bisa disinyalir PPP akan mencoba bermanuver lebih dulu dengan mengumumkan Calon Presiden tanpa harus berkomunikasi dengan partai-partai yang tergabung dalam koalisi KIB.
Beberapa pengamat politik juga mengilustrasikan apakah Prabowo bersedia menjadi cawapres Ganjar, akan tetapi prediksi tersebut langsung dibantah langsung oleh Prabowo dengan mengatakan bahwa saya di usung oleh Gerindra sebagai Calon Presiden bukan sebagai Calon Wakil Presiden, hal ini menjadi sebuah gambaran awal bahwa pada pemilu 2024 nanti sudah dipastikan akan ada 3 (tiga) pasangan yang akan maju. Yaitu Ganjar dari PDI-P, Prabowo dari Gerindra dan Anies dari Nasdem.
Semakin menarik melihat dinamika pergerakkan partai-partai setelah pencapresan Ganjar dari PDI-P dimana dengan adanya deklarasi PPP kepada Ganjar sebagai calon Presiden apakah akan diikuti pula oleh PAN dan Golkar yang juga memang sudah memperlihatkan tanda-tanda untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden. Dan hal tersebut bisa dapat tergambarkan bahwa Koalisi Indonesia Bersatu tidak akan bisa mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden mengingat masih kurangnya Presidensial Threshold akibat manuver PPP mendukung Ganjar Pranowo.
Saat ini, Golkar pun masih terus mempertimbangkan apakah akan ikut dengan Koalisi KIR atau masih tetap bertahan di KIB mengingat dari hasil pertemuan di kediaman Airlangga pada tanggal 27/4/2023 masih bersepakat bahwa KIB tetap solid dan membebaskan partai-partai yang ada di KIB untuk mengusung calon presiden masing-masing. Jika memang KIB ternyata sepakat mendukung Ganjar, maka sudah di pastikan KIB akan berkoalisi dengan PDI-P sekaligus mengusulkan wakil presiden kepada PDI-P.
Sehingga dapat disimpulkan Penentu dari kandidat pemilihan pasangan presiden dan wakil presiden 2024 yang akan di usung oleh partai-partai yang belum meresmikan karena masih ada tarik ulur, sebut saja PKB yang tergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang hingga hari ini masih belum memastikan sikapnya siapa yang akan diusung menjadi Wakil Presiden dari Prabowo Subianto. Sementara Muzani sekalu sekjen Gerindra juga sudah menyampaikan secara gamblang bahwa Muhaimin Iskandar menjadi salah satu kandidat terkuat Wakil Presiden dari KIR.
Sementara Koalisi Perubahan yang sudah bersepakat mengusung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden akan tetapi hingga saat ini Demokrat dan PKS masih tarik ulur dalam penentuan Wakil Presiden, dikarenakan PKS juga menawarkan Mahfud MD sebagai calon wakil presiden Anies dari Koalisi Perubahan, sementara Demokrat tetap ingin mengusung AHY sebagai calon Wakil Presiden.
Peta Elektoral Kandidat
Akan semakin menarik Jika dikalkulasikan Ganjar-Mahfud, apakah PKS akan ikut tertarik dengan koalisi yang dibangun oleh PDI-P. Jika itu terjadi, maka tiket Capres dari Koalisi Perubahan pun juga bisa gagal dengan bergesernya PKS karena tidak terpenuhinya Presidensial Thereshold. Hanya tinggal Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang masih berpeluang mendapatkan tiket Presidential Threshold walaupun hanya dengan 2 partai yaitu Gerindra dan PKB.
Jika PDI-P masih tertarik dengan dukungan dari NU, maka kandidat yang bisa di rangkul adalah Khofifah dan Eric Thohir mengingat Khofifah sudah teruji di Jawa Timur, dengan dukungan yang cukup besar bila Ganjar yang merupakan Gubernur Jawa Tengah dan Khofifah merupakan Gubernur Jawa Timur dimana dua provinsi tersebut penyumbang suara terbesar dari Pilpres 2019 kemarin. Sementara Eric Thohir memiliki daya tawar secara finalsial bagi PDI-P mengingat konstelasi Pilpres sangat membutuhkan biaya politik.
Sementara jika terjadi pasangan Ganjar-Airlangga dengan dukungan dari PPP yang merupakan koalisi KIB bisa jadi Golkar akan mengikuti jejak PPP untuk mendukung Ganjar dengan mengusung Airlangga sebagai Wakil Presiden, tinggal PAN apakah akan bergeser untuk mendukung Anies maupun Prabowo atau malah akan mengikuti KIB dengan mendukung Ganjar, karena hanya Golkar yang memiliki daya tawar tinggi mengingat Golkar merupakan suara terbesar kedua setelah PDI-P.
Anies Baswedan yang kemungkinan akan diusung oleh Nasdem, Demokrat dan PKS dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan akan bisa dipasang dengan AHY atau mungkin Mahfud, karena PKS juga mengajukan nama Mahfud sebagai calon pasangan Anies, walaupun masih dianggap masih kurang mengangkat dari berbagai lembaga survei, akan tetapi kekuatan dari Koalisi Perubahan harus tetap diperhitungkan, karena figur-figur yang akan bergerak dalam memenangkan koalisi ini memiliki pengalaman menang yang cukup besar, mengingat ada 2 tokoh yaitu SBY dan JK yang pernah memenangkan pemilu 2004, dimana pada saat pemilu 2004 lalu SBY-JK sangat kurang diperhitungkan akan tetapi hasilnya adalah dapat memenangkan pemilu yang dilaksanakan dalam 2 putaran.
Disisi lain Prabowo juga sedang menjajaki komunikasi dengan Golkar, dimana hasil pertemuan Prabowo dengan Aburizal Bakrie serta Airlangga yang kemungkinan akan semakin intens, maka bisa dipastikan PKB dan Muhaimin Iskandar akan bisa tergeser dari posisi tawar menjadi Cawapres Prabowo. dan hal itu sangat mungkin terjadi karena PKB sendiri masih terus cawe-cawe sebagai Capres dengan partai lain, sementara posisi tawar sebagai representatif dari NU masih dianggap belum sepenuhnya mendukung Muhaimin Iskandar sebagai kandidat Capres atau Cawapres.
Setelah pertemuan dengan Airlangga Hartarto dan Aburizal Bakrie secara terpisah, Prabowo segera mengadakan pertemuan dengan Muhaimin Iskandar dikediamannya terkait pembahasan cawapres yang akan di usung, akan tetapi pada pertemuan tanggal 28/4/23 hanya menjelaskan bahwa Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) justru akan semakin solid dan bahkan akan semakin optimis dalam menghadapi pemilihan presiden 2024 dan Mungkin dalam pembahasan antara Prabowo dan Muhaimin Iskandar sedang menghitung-hitung jika ada salah satu partai dari Koalisi KIB yang ingin bergabung karena ada pesan khusus yang disampaikan oleh Prabowo setelah pertemuan dengan Jokowi kepada Muhaimin Iskandar.
Besok hari, Airlangga beserta pengurus Golkar langsung melakukan kunjungan ke Cikeas untuk bertemu dengan Pengurus Demokrat (29/4/23) dimana dilihat agenda pembahasannya tidak terkait agenda pencalonan capres-cawapres, melainkan mendiskusikan permasalah bangsa sekaligus bersilaturahmi bersama SBY.
Tak lama berselang Airlangga dan Aburizal Bakrie kembali melakukan pertemuan lanjutan ke Prabowo, dimana pertemuan tersebut berlangsung di kediaman Aburizal Bakrie yang merupakan pertemuan kedua (01/05/23) disinyalir dari pertemuan tersebut ingin memasangkan Prabowo-Airlangga, esok harinya (02/05/23) Prabowo bertemu dengan Jusuf Kalla dimana pembahasannya hanya terkait permasalahan bangsa.
Dari beberapa pertemuan yang sudah dilakukan Airlangga, sangat terlihat Golkar yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu sedang mencari posisi tawar kepada Gerinda dan Demokrat. Hal itu disebabkan karena PPP sudah lebih dulu langsung mendukung Ganjar agar mendapatkan posisi strategis dalam koalisi yang akan dibangun oleh PDI-P. Sementara pada saat pertemuan di Cikeas bersama SBY dan Ketua Umum beserta pengurus Demokrat juga mencoba melakukan penjajakan mengingat Golkar juga memiliki nilai tawar yang tinggi jika bergabung pada Koalisi Perubahan yang digagas oleh Nasdem, Demokrat dan PKS.
Tak lama berselang setelah Prabowo melakukan pertemuan dengan Jusuf Kalla, ternyata Prabowo ternyata ikut hadir bersama dengan 5 ketua Partai pendukung pemerintah yaitu PDI-P, PKB, Golkar, PAN, dan PPP yang di undang langsung oleh Jokowi di Istana, akan tetapi Megawati lebih dahulu meninggalkan istana, sementara Prabowo, Muhaimin, Airlangga, Mardiono dan Zulkifli bersama-sama keluar dan menyampaikan hasil pertemuan tersebut dimana partai pendukung pemerintah harus tetap solid.
Setelah dari pertemuan di Istana, PKB dan Golkar juga langsung melakukan pertemuan disebuah restoran (03/05/23) yang dihadiri oleh petinggi kedua partai, tentunya hal ini bisa diisyaratkan bahwa Golkar mencoba menjalin komunikasi agar adanya kesepakatan dan titik temu dalam terbentuknya koalisi besar yang mungkin bisa terjadi sebelum Pemilihan Presiden atau bahkan nanti pada putaran kedua. Kemudian malamnya Muhaimin juga langsung mengadakan pertemuan dengan SBY dan AHY di Cikeas, dimana hasil dari pertemuan tersebut dilakukan untuk menjaga silaturahmi antara SBY dengan Muhaimin, karena pada pemilu 2004 sampai 2014, PKB menjadi mitra koalisi yang solid dengan Partai Demokrat.
Dapat disimpulkan sementara adalah makna dari pertemuan 6 ketua parpol tersebut di Istana, sehingga bisa tergambarkan, bahwa kemungkinan akan ada koalisi gabungan secara besar atau akan tetap pada koalisi yang sudah ada. Jika koalisi KIB dan KKIR masih bertahan maka Pemilihan Presiden diikuti bisa diikuti lebih dari 3(tiga) pasang calon. Jika hal itu terjadi sudah bisa dipastikan bahwa Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dapat berlangsung dalam 2(dua) putaran. Karena masih sangat berpotensi jika Koalisi-koalisi yang sudah terbentuk masih tetap bersama-sama mengusung figur dari kesepatakan masing-masing partai yang menjadi mitra koalisi baik itu di KIB maupu KKIR mengingat 2 poros koalisi tersebut sudah sangat terpenuhi presidential threshold.
Penulis: Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pancasila Ihsan Suri